Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan kepramukaan saat ini adalah kekhawatiran semakin lunturnya jati diri Gerakan Pramuka akibat terkikisnya pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Hal ini berakibat bahwa proses pendidikan kepramukaan semakin kehilangan warna aslinya, sehingga kualitas proses dan hasil pendidikannya tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, banyak sekali alat pendidikan menjelma menjadi sebuah tujuan sehingga "terlaksana" menjadi sebuah akhir dari suatu tujuan, dengan demikian Pendidikan Kepramukaan kehilangan essensinya. Sebab lain melunturnya jati diri Gerakan Pramuka/pendidikan kepramukaan adalah terlalu melekatnya pendidikan kepramukaan (yang notabene adalah bentuk pendidikan non formal) pada lembaga pendidikan formal. Akibatnya terjadi intervensi pengelola lembaga pendidikan formal (sekolah) yang kurang memahami karakter proses pendidikan kepramukaan ke dalam Gerakan Pramuka. Bagi pengelola jajaran Gerakan Pramuka (Kwartir) campur tangan pengelola lembaga pendidikan formal tersebut memang tidak selamanya negatif, namun yang paling merasakan adalah para peserta didiknya. Seringkali peran Pembina Pramuka dirangkap oleh guru pada sekolah yang bersangkutan, hal ini sebenarnya agak merepotkan peserta didik dalam berinteraksi dengan Pembinanya (yang juga gurunya) yang di dalam proses pendidikan kepramukaan berhubungan sebagai kakak dan adik. Disamping itu bagi Pembina akan muncul berbagai kendala dalam menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan karena perannya sebagai guru pada pangkalan Gugusdepan yang bersangkutan.
Keadaan yang paling mengkhawatirkan adalah kesalahan penerapan Metode Kepramukaan oleh para Pembina. Tidak jarang kita jumpai para Pembina menerapkan metode latihan dan pembelajaran yang berlaku di dalam pendidikan formal pada proses pendidikan kepramukaan. Misalnya dengan penggunaan metode klasikal/ massal dan terlampau dominasinya penggunaan metode ceramah dalam latihan kepramukaan. Keadaan tersebut menyebabkan bosannya peserta didik terhadap latihan kepramukaan. Padahal Boden Powell mengemukakan bahwa pendidikan kepramukaan adalah permainan gembira di alam terbuka. Namun hal tersebut jangan diartikan sempit dengan cukup menerapkan sebuah latihan di lapangan terbuka serta mengajak adik-adik tepuk-tepuk dan bernyanyi. Melainkan menerapkan metode latihan sesuai Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan dalam rangka memberikan materi-materi guna mencapai tujuan Gerakan Pramuka.
Hal yang dipandang esensi dalam pelaksanaan metodik pendidikan kepramukaan adalah penerapan sistem tanda kecakapan dan sistem beregu. Melalui sistem tanda kecakapan potensi yang berbeda pada setiap peserta didik dikembangkan secara optimal. Sistem tanda kecakapan mendidik Pramuka untuk memiliki motivasi mencapai yang terbaik, serta keinginan untuk maju dan mengembangkan diri. Apabila seorang Pramuka telah mencapai suatu syarat kecakapan tertentu akan diberi penghargaan, yaitu berupa tanda kecakapan yang dikenakan pada baju seragam Pramuka. Sedangkan melalui sistem beregu Pramuka dididik untuk bergaul dan bermasyarakat pada kelompok kecilnya dan satuan-satuannya. Penerapan sistem beregu diharapkan mampu menggeser metode klasikal yang dipandang kurang menguntungkan bagi proses pendidikan kepramukaan.
Namun kenyataannya sekarang kita sangat jarang menjumpai para Pramuka yang mengenakan berbagai tanda kecakapan di baju seragamnya. Sementara itu dalam penerapan sistem beregu Pembina sekedar membagi Pramuka dalam regu-regu atau kelompok-kelompok kecil lainnya secara fisik, tetapi tidak diikuti implementasinya. Jadi hakekat sistem beregu tidak terletak semata pada pembagian Pramuka ke dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi pada penerapannya menjadikan regu/kelompok sebagai kesatuan kerja dan bermain baik dalam disiplin maupun dalam menjalankan kewajiban. Dengan demikian menuntut pula kemauan dan kepercayaan Pembina untuk memberikan kekuasaan dan tanggung jawab ke pada pemimpin regu.
Maka apabila kita hendak meningkatkan jati diri Gerakan Pramuka maka hendaklah berpandangan usaha pendidikan kepramukaan tidak hanya bersandar pada isi/materi yang diberikan namun yang paling penting adalah metodenya (PDK dan MK). Karena perbedaan pendidikan kepramukaan dengan bentuk pendidikan lainnya terletak pada metode dan pendekatan yang digunakan dalam mengisi jiwa anak. Sebagai sebuah metode dan pendekatan pendidikan, PDK dan MK memberikan arahan, rambu-rambu bagi para Pembina dalam mendidik peserta didiknya dan memberikan inspirasi bagi bentuk seluruh program kegiatan kepramukaan.
Revitalisasi Gerakan Pramuka dan UU No.12 Tahun 2010 adalah sebuah upaya dan semangat untuk mengembalikan jati diri Gerakan Pramuka yang merupakan Perekat Bangsa melalui pembinaan dengan warnanya yang khas dan berfokus pada pembentukan mental dan moral sesuai dengan kode etik Gerakan Pramuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar